Download Software Computer Tips

Minggu, 13 Februari 2011

Ahmadiyah Disayang, Ahmadiyah Ditendang

sumber: okezone.com
Tahun 1907, seorang wanita dari kalangan elite Jerman, Carolyn, masuk Islam. Putri keluarga turunan bangsawan Prusia ini tertarik Islam setelah membaca buku-buku agama Islam yang bagus dan berstandar Eropa.

Masuk Islamnya Carolyn sangat menggemparkan orang Jerman saat itu. Maklumlah, awal abad ke- 20, wajah Islam di Eropa masih terlihat prengus dan kotor. Propaganda politik dan media massa di Eropa terhadap wajah Islam yang bengis dan menakutkan masih menghantui bangsa Jerman. Masuk Islamnya Carolyn barangkali adalah momentum penting dari “perkenalan” Islam di Jerman— negara termaju dan terbesar di dunia saat itu setelah Inggris Raya. Islamnya Carolyn pun membawa dampak besar: orang Eropa, khususnya Jerman, mulai sedikit mengurangi “alergi”-nya pada Islam. Keterkejutan berikutnya terjadi lagi pada 1982. Sebuah masjid besar berdiri di Kota Pedro Abad, kota kecil di Provinsi Cordova, Spanyol.

Masyarakat Spanyol ramai membincangkan berdirinya Masjid Basyarah yang megah itu karena inilah masjid pertama yang dibangun di Spanyol dalam kurun 750 tahun setelah musnahnya kejayaan Islam di Eropa yang berpusat di Negeri Matador itu. Bagi bangsa Eropa Barat yang pernah diduduki imperium Islam selama 750 tahun, kehadiran masjid tersebut membangkitkan kembali kenangan kekalahan Eropa yang Kristen di tangan Imperium Turki Osmani yang Islam. Lalu, 21 tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, masyarakat Eropa kembali dikejutkan oleh berita dibangunnya masjid Islam termegah dan terbesar di Eropa Barat, yaitu Masjid Baitul Futuh, di Distrik Morden, Kota London, Inggris.

Majalah berkala di Inggris The Informer menyebutkan bahwa Masjid Baitul Futuh merupakan salah satu bangunan dari 50 bangunan terkenal dan terbaik di dunia. Pada 2003, masyarakat Eropa juga dibuat tercengang dan kagum ketika media-media Eropa memberitakan bahwa umat Islam di Jerman dalam kurun waktu 50 tahun ke depan akan membangun 100 buah masjid di seluruh Jerman. Salah satunya yang telah sangat menggemparkan masyarakat Jerman, khususnya masyarakat Kota Berlin, ialah pembangunan Masjid Khadijah di Kota Berlin pada akhir 2008. Setelah itu, peresmian Masjid Mubarak di Distrik Saint Prix, Paris, Prancis.

Orang Eropa yang menghargai kebebasan dan hak asasi manusia tampaknya menyokong pembangunan tempat-tempat ibadah Islam tersebut. Ini terjadi karena ajaran Islam yang disebarkan di masjid-masjid itu mengusung tema love for all, hatred for none (cinta kepada siapa pun, tidak benci kepada siapa pun). Saat ini, sudah ribuan, bahkan jutaan, buku diterbitkan di Amerika, Eropa, Asia, dan Australia oleh umat Islam yang membangun masjid-masjid megah di Eropa tersebut. Jutaan orang telah diajak memahami Islam yang agung, mulia, dan penuh kasih melalui buku-buku itu.

Kebanggaan

Di pihak lain, nun jauh dari Eropa, dalam sebuah pengajian akbar yang dihadiri ribuan umat Islam di Yogyakarta, awal tahun 1980-an, seorang dai terkenal KH Ir HA Syahirul Alim, MSc, dosen kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UGM, dengan bangga menyatakan bahwa akhir abad ke-20 merupakan momentum kembalinya Islam di pentas ilmu pengetahuan tingkat dunia. Saat itu, umat Islam di seluruh dunia sedang menikmati euforia “Nobel Fisika” yang diterima Prof Dr Abdus Salam dari Pakistan pada 1979.

Prof Dr Ahmad Baiquni, ahli fisika nuklir, yang bersahabat baik dengan Abdus Salam diundang berceramah di mana-mana di Indonesia untuk menjelaskan kesesuaian ayat-ayat Alquran dengan ilmu pengetahuan alam yang telah mengantarkan Abdus Salam meraih Nobel Fisika yang amat bergengsi itu. Penerbit Pustaka Bandung secara khusus menerbitkan buku kecil berjudul Islam dan Ilmu Pengetahuan karya Prof Baiquni yang di dalamnya menjelaskan penemuan sang nobelis Abdus Salam tersebut. Salam menjadi penerang sains Islam dan menjadi penggugah kaum muslimin untuk kembali meraih kejayaan di bidang sains yang pernah digenggamnya pada abad ke ketujuh sampai ke-15, tulis Republika.

Harian Islam terbesar di Indonesia ini juga memuji Salam sebagai saintis Islam terbesar dan ilmuwan muslim pertama yang mendapatkan hadiah Nobel paling bergengsi di bidang fisika atom di tengah terpuruknya sains Islam dalam lima abad terakhir. Abdus Salam kelahiran Pakistan, 29 Januari 1926 itu meraih gelar doktor fisika dalam usia 26 tahun dari Cambridge University, Inggris. Abdus Salam dalam penelitiannya berhasil menemukan fakta bahwa sesungguhnya semua gaya yang ada di jagat raya—yaitu gaya gravitasi, elektromagnet, nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah–– hakikatnya merupakan satu kesatuan. Ide penelitian Abdus Salam ini, menurut pengakuannya, terinspirasi dari pernyataan Alquran dalam Surah Al-Mulk ayat 3 tentang keseimbangan ciptaan Allah.

Abdus Salam meninggal tahun 1996. Dunia Islam berbelasungkawa amat dalam atas kepergiannya. Dua pemimpin Pakistan yang amat bermusuhan, Benazir Bhuto dan Ziaul Haq, bersatu memberikan gelar pahlawan Pakistan sejati untuknya. Kerajaan Arab Saudi yang menggelar karpet merah ketika Abdus Salam datang ke Tanah Suci ikut belasungkawa atas wafatnya Salam. Mereka sayang kepada Abdus Salam karena beliau telah mengharumkan nama Islam di pentas internasional. Lalu, siapakah Prof Abdus Salam yang punya energi luar biasa untuk mencari titik temu ayat-ayat Alquran dengan ilmu pengetahuan alam itu? Umat Islam yang mana yang membangun masjid megah di Spanyol setelah 750 tahun nama Islam terkubur di Negeri Real Madrid itu?

Buku karya siapakah yang berhasil mengislamkan Carolyn, wanita bangsawan Prusia yang kemudian membalikkan citra Islam di Jerman itu? Ternyata, mereka semua adalah orang-orang Ahmadiyah. Abdus Salam adalah orang Ahmadiyah. Yang membangun masjid di Spanyol juga orang Ahmadiyah. Buku yang dibaca Carolyn juga karya orang Ahmadiyah. Orang-orang Ahmadiyah punya banyak prestasi luar biasa karena punya prinsip mendahulukan cinta dan karya dalam beragama. Salah satu tafsir Alquran yang fenomenal di dunia, The Holy Quran, karya Maulana Muhammad Ali, intelektual Ahmadiyah, menjadi bacaan yang menginspirasi tokoh-tokoh pejuang Indonesia seperti Bung Karno dan HOS Cokroaminoto. Di dunia, The Holy Quran juga menjadi rujukan kajian Islam di Eropa dan Amerika.

Tapi bagaimana kini di Indonesia? Orang Ahmadiyah yang telah mengharumkan nama Islam di dunia internasional itu kini ditendang. Rumahnya dihancurkan. Mereka dicerca, mereka disiksa. Negeri dengan 200 juta umat Islam itu lupa bahwa sumbangan Ahmadiyah terhadap syiar Islam itu luar biasa. Orang Ahmadiyah yang jumlahnya jutaan di dunia tampaknya hanya bisa bersabar menunggu redanya amarah masyarakat Indonesia yang, katanya, cinta Rasul Muhammad itu.

Seandainya umat Islam bertanya kepada Jalaluddin Rumi dan Ibnu Arabi, apa bedanya antara jamaah Ahmadiyah dan jamaah Islam Ahli Sunnah, jawabannya niscaya seperti ini: kedua jamaah ini sama-sama mencintai Allah dan Rasul-Nya, Muhammad. Sampai titik ini, marilah kita merenung: Rasulullah diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar sesama manusia saling mengasihi dan saling mencintai. Bukan sebaliknya, menyerang dan menyiksa manusia hanya karena perbedaan paham seperti di Pandeglang dan Bogor.

Empat Opsi Selesaikan Kisruh Ahmadiyah

 Sumber: Media Indonesia
BANTEN--MICOM: Menteri Agama Surya Dharma Ali, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Selasa (8/2) menggelar rapat tertutup di Pendopo Gubernur

Banten terkait bentrokan jemaah Ahmadiyah dengan warga di Cikeuseik, Pandeglang.

Dalam rapat tersebut Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah memberi penjelasan mengenai bentrokan yang menyebabkan tiga orang tewas tersebut. Seusai rapat Suryadharma mengatakan ada empat alternatif untuk menyelesaikan permasalahan Ahmadiyah yang ada di Indonesia.

Empat alternatif tersebut adalah Ahmadiyah bisa menjadi sekte atau agama tersendiri dengan konsekuensi tidak menggunakan segala atribut Islam seperti Al Quran, mesjid dan lainnya.

Kedua jamaah Ahmadiyah bisa kembali menjadi umat islam yang benar sesuai tuntunan Al Quran karena jamaah Ahmadiyah memiliki nilai positif yakni semangat beragama islam, namun mereka telah mendapatkan informasi, penerangan dan dakwah yang salah sehingga harus kembali ke jalan yang benar.

Opsi ketiga adalah Ahmadiyah dibiarkan saja karena ada yang berpandangan itu hak azasi manusia. Opsi terakhir Ahmadiyah dibubarkan. "Empat opsi itu yang tadi kami bahas di Kantor Gubernur Banten," ujar Suryadharma.

Selain itu, tambah Suryadharma, selama ini masih ada pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak terhadap SKB tiga menteri. Ia menyebut Ahmadiyah masih terus melakukan aktivitas di tengah-tengah masyarakat, dan masyarakat lain juga tidak menyelesaikan masalah tersebut dengan cara dialog.

Sedangkan Gubernur Banten mengatakan, pihaknya akan segera melakukan langkah-langkah kordinasi dengan pihak TNI, Polri serta pihak terkait dalam upaya pengusutan secara tuntas kasus tersebut. Selain itu pemerintah Provinsi Banten bersama MUI, Kanwil Kemnterian agama Provinsi Banten dan juga FKUB akan mengoptimalkan pembinaan terhadap warga Ahmadiyah dan masyarakat lainnya.

"Kasus tersebut diluar dugaan karena sebelumnya pihak aparat keamanan sudah mengevakuasi salah seorang yang dianggap tokoh Ahmadiyah di Cikeusik. Namun tiba-tiba datang orang luar yang akhirnya memicu reaksi masyarakat," ujar Ratu Atut Chosiyah. (WB/OL:-04)

Sabtu, 22 Januari 2011

PENGUMUMAN

Untuk teman2 bloging buka di www.youtube.com narsis1. pasti skeren dech .............
and jangan lupan komentarnya gmna,,,,,?

"TANKS"

Minggu, 09 Januari 2011

China Incar Sektor Perikanan


sumber New okezone.com

Foto: Yulianto/Koran SI
KETIKA pertama kali perjanjian kawasan perdagangan bebas antara ASEAN dan China (ASEAN China Free Trade Area/ACFTA) diberlakukan awal tahun lalu, Negeri Tirai Bambu dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia saat ini dipersepsikan sebagai harimau lapar yang siap menerkam para pengusaha Indonesia.

Hanya segelintir pengusaha nasional yang masih menaruh optimisme untuk menjalin kerja sama ekonomi dengan China, terutama di kalangan pengusaha yang bergerak di sektor perikanan.

Memang, tak bisa dipungkiri berbagai fakta di lapangan terutama untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan manufaktur lainnya terancam kehadiran produk-produk China dengan harga super miring.

Namun, harus disadari posisi yang sama juga dialami oleh negara lain, jangankan Indonesia para pengusaha di negara-negara maju juga dibuat ketar-ketir oleh gebrakan China yang mampu memproduksi berbagai barang mulai dari automotif, elektronik sampai barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga sangat kompetitif.

Namun, di balik ancaman produk China yang sangat dikhawatirkan bisa menggulung industri nasional, ternyata masih terdapat peluang yang sangat menggiurkan melalui komoditi perikanan terutama udang dan ikan kerapu.

Setiap tahun, seperti diungkapkan Dirjen Pengolahan, Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Martani Huseini, seusai membuka Indonesian Aquaculture, di Bandar lampung, kemarin, permintaan udang dari China setiap tahun terus meningkat. Kabarnya, sejumlah pengusaha dari Negeri Panda itu berminat mengimpor satu juta ton udang per tahun dari Indonesia.

Namun, sungguh disayangkan permintaan tersebut tak bisa dipenuhi karena produksi udang nasional saat ini masih berada di kisaran 300 ribu ton per tahun. Karena keterbatasan produksi nasional itu, pengusaha China malah tertantang untuk menggarap tambak udang di Indonesia.

Permintaan tidak hanya didominasi oleh udang, tetapi juga berbagai jenisikanterutamaikankerapu. Sehubungan itu, KKP mulai menggenjot produksi ikan kerapu yang diprediksi mencapai 400 ribu ton tahun ini dan menjadi 699 ribu ton pada 2014.

Sejauh mana pemerintah menyikapi peluang yang sangat menantang itu? Mampukah program Minapolitan yang dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menjawab kebutuhan para pengusaha China tersebut?

Sesaat setelah dilantik sebagai orang nomor satu di KKP, Fadel langsung mendeklarasikan untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen ikan terbesar di dunia pada 2015. Sekilas, konsep program Minapolitan bisa diterjemahkan sebagai strategi pembangunan perikanan yang berbasis kawasan.

Minapolitan berasal dari dua kata yakni “mina” yang berarti ikan dan “politan” (polis) adalah kota sehingga bisa diartikan sebagai Kota Perikanan atau kawasan yang memiliki potensi perikanan yang bisa membawa kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2009, telah ditetapkan 41 lokasi percontohan pengembangan kawasan Minapolitan.

Pemilihan daerah percontohan termasuk sangat ketat sebab kawasan yang dipilih harus memenuhi persyaratan khusus misalnya sumber daya lahan yang sesuai pengembangan komoditas perikanan, mulai dari pengadaan sarana dan prasarana perikanan, pengolahan, pemasaran, transportasi, hingga jaringan listrik yang memadai.

Mungkin karena persyaratannya begitu berat, beberapa pemerintah daerah (pemda) yang semula begitu antusias menyambut program Minapolitan terpaksa harus melipat tangan.

Tengok saja, untuk program Minapolitan ikan budi daya baru sekitar sembilan pemda menyelesaikan masterplan, pada ditargetkan sebanyak 24 kawasan percontohan. Kita berharap program Minapolitan yang menelan anggaran Rp564,877 miliar itu tahun depan bisa menjawab sebagian kebutuhan perikanan di China. Kita jangan hanya menjadi pasar bagi barang-barang China pascapemberlakuan perjanjian perdagangan bebas.