Download Software Computer Tips

Minggu, 24 Oktober 2010

BUDIDAYA KERAPU DAN PELUANG EKSPOR


Ikan kerapu merupakan ikan air laut yang belakangan ini dihargai cukup tinggi khususnya untuk konsumsi restoran-restoran besar di dalam maupun di luar negeri. . Ikan kerapu biasa diekspor dalam keadaan hidup ke beberapa negara seperti Singapura, Jepang, Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat ini Rp 70.000 per kg hidup, bahkan untuk spesies tertentu yang lebih langka bisa dihargai jauh lebih mahal. Tingkat harga yang menarik dan kecocokan lingkungan budi daya ikan kerapu di banyak perairan pantai di wilayah Indonesia banyak menarik minat Pemerintah Daerah untuk bermitra dengan Perguruan Tinggi dan Pengusaha melakukan eksplorasi atas peluang investasi tersebut. Penyediaan benih, sampai sejauh ini, masih sangat tergantung dari hasil tangkapan dari alam.

Studi-studi kelayakan yang dilakukan di Pangkalan Susu (Langkat, Sumatera Utara) dan di Pacitan (Jawa Timur) membuka peluang untuk investasi budidaya ikan kerapu dengan sistem media tambak maupun sistem karamba terapung. Pemda Kabupaten Pacitan bekerjasama dengan Peneliti Universitas Indonesia memetakan areal potensial seluas 4 ha di pantai selatan Jawa. Kedekatan dengan konsumen di tujuan ekspor utama seperti Singapura maupun pasar domestik di Batam merupakan keuntungan tersendiri bagi pengembangan perikanan kerapu di Langkat, Sumatera Utara. Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan PKM di wilayah itu sudah merintis budi daya kerapu yang melibatkan 265 petani nelayan.

Tidak semua wilayah pantai cocok untuk budi daya kerapu, oleh karena itu penentuan lokasi harus memperhitungkan beberapa faktor penting antara  lain :
a. Terlindung dari gelombang besar dan badai, sebab ikan mudah menjadi stres dan
    menurunkan selera makan apabila terus menerus dihantam gelombang,
b. Terlindung dari ancaman predator yaitu hewan buas laut (ikan butal dan ikan besar
     lainnya) dan burung laut,
c. Terlindung dari ancaman pencemaran buangan limbah industri, limbah pertanian dan
    limbah rumah tangga,
d. Terlindung dari hilir mudik lalu lintas kapal karena selain akan menimbulkan riak-riak
     gelombang juga buangan kapal (minyak solar dll) akan mencemari area pemeliharaan.

Penentuan kelayakan lokasi untuk pemeliharaan ikan kerapu dengan sistem karamba jaring apung menggunakan tabel bobot angka berdasarkan pengamatan atas parameter-parameter kunci. Lokasi dinyatakan baik apabila nilai 80 - 100, layak untuk kisaran 70 - 79, masih layak asalkan parameter yang tidak memenuhi syarat diperbaiki dengan pendekatan teknologi, dan kategori terakhir bernilai lebih kecil 60 untuk tidak dapat dipertimbangkan.

Table 1. Evaluasi Penilaian Lokasi Karamba Jaring Apung
(Location Rating System for Floating Net Karamba)

Parameter Rating Value Credit Value
Ecological Factor


A. Tinggi Air Pasang (meter)
     High Tide (meter)
> 1.0 = 5
0.5 - 1.0 = 3
< 0.5 = 1
2

10
6
2
B. Arus (meter / detik)
     Marine Current (meter/second)
0.2 - 0.4 = 5
0.005 - 0.2 = 3
0.4 - 0.5 = 1
2

10
6
2
C. Kedalaman Air dari dasar Jaring (meter)
     Water Depth from Net Bottom (meter)
> 10 = 5
4 - 10 = 3
< 4 = 1
2

10
6
2
D. Oksigen Terlarut (ppm)
     Soluble Oxygen (ppm)
5 = 5
3 - 5 = 3
< 3 = 1
2

10
6
2
E. Perubahan Cuaca
    Weather Change
Rare = 5
Moderate = 3
Frequent = 1
2

10
6
2
Endorsing Factor


A. Sumber Listrik
     Electric Supply
Good = 5
Adequate = 3
Poor = 1
1

5
3
1
B. Sumber Pakan
     Feed Supply
Good = 5
Adequate = 3
Poor = 1
1

5
3
1
C. Tenaga Kerja
     Manpower
Good = 5
Adequate = 3
Poor = 1
1

5
3
1
D. Ketersediaan Benih
     Fry Supply
Good = 5
Adequate = 3
Poor = 1
1

5
3
1
E. Pencemaran
    Pollution
Good = 5
Adequate = 3
Poor = 1
1

5
3
1

 Adapted from : Tiensongusmee et al., 1986 (in P. Sunyoto, 2000)
 

Tabel 2. Areal Berpotensi untuk Budidaya Kerapu Sistem Karamba Jala Apung di Perairan Indonesia
(Potential Region for Grouper Cultivation with Floating Net Karamba System)

Province Region Area (hectare)
Aceh Weh Island, Sabang, Lnok Sudu Gulf, Simeulu Island 200
West Sumatera Ma Siperut, Sikapa, Siobar, Sipora Island, Sikkap Burial Island, Tarusan, Painan 100
Riau Batam Island, Bintan Island 350
Jambi Nipah Panjang, Kg Laut, Kuala Tungkal 50
South Sumatera Bangka 200
Lampung Hurun Gulf, Lampung Gulf 800
West Java Banten Gulf 400
East Java Gili Genteng Gulf, Grajakan, Banyuwangi, Perigi, Sendang Biru 300
Bali Pejarakan 50
West Nusa Tenggara Ekas Gulf, Waru Kelapa Gulf, Tanjung Sabodo, Saleh Sumbawa Gulf 440
North Sulawesi Sangihe Island 200
South Sulawesi Ujung Pandang, Pinrang, Slayar 200
East Kalimantan Tarahan, Berau, Bontang, Sengkuriang, Adang Gulf 110
Maluku Ambon 200

Adapted from : Tiensungusmee et al, 1989 (in P. Sunyoto, 2000)


Spesies Ikan
Dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper atau trout, mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari semua spesies tersebut, bisa dikelompokkan ke dalam 7 genus meskipun hanya 3 genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam. Daerah habitatnya meliputi Kep. Seribu, Kep. Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan terumbu karang. Kerapu Sunuk (coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang. Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres. Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kep. Karimanjawa, Kep. Seribu, Lampung Selatan, Kep. Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam. Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan. Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kep. Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai.

Aspek Pemeliharaan
Balai Penelitian masih kesulitan untuk menghasilkan benih kerapu dalam pemeliharaan buatan, sehingga menjadi kendala dalam pengembangan budidaya kerapu dalam hal penyediaan benih. Sarana penangkapan benih bisa menggunakan alat pancing (di daerah persembunyian ikan kerapu di rumpon ikan bekas kapal tenggelam dll), jaring angkat yang diikat di antara 2 perahu (rakit) atau ditancapkan ke dasar perairan, sero (perangkap pagar bambu untuk penggunaan di perairan pasang surut), bubu (semacam keranjang dari bambu atau anyaman kawat yang ditempatkan di dasar perairan), jaring kantong, dan jaring dorong. Dari lokasi penampungan benih ke tempat budidaya kerapu, diangkut dalam kantong plastik berkapasitas 20 l yang diisikan 3 l air laut untuk 20 ekor benih dengan berat rata-rata 25 gram. Suhu dalam kantong diusahakan 17 - 20 oC dn lama pengangkutan 1 - 2 hari. Pengangkutan jarak jauh (antar pulau) menggunakan sistem transportasi yang lebih aman.

Tabel 3. Padat Penebaran Benih
(Fry Spreading Density)

Weight / Long Size of Fry
Spreading Density
Two to three cm 200 - 250 heads per m3
Five cm 100 heads per m3
20 - 50 gram per head 50 - 60 heads per m3
100 - 200 gram per head 25 - 35 heads per m3

Pakan ikan kerapu untuk tahapan pembesaran berupa ikan rucah (ikan non ekonomis) yaitu antara lain ikan tembang, selar, dan rebon. Ikan rucah dipotong-potong untuk menyesuaikan dengan mulut ikan. Selama masa pendederan diberikan pakan sebanyak 2 - 3 kali sehari sampai ikan terlihat kenyang.  Memasuki tahap pembesaran, pakan ikan rucah diberikan per hari sebesar 15 % dari total biomass ikan kerapu berukuran 20 - 50 g. Seterusnya jumlah pakan diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Jumlah pakan dapat diturunkan menjadi 10 % dari biomass untuk ikan seberat 100 g. waktu pemberian pakan yang terbaik adalah sesaat setelah matahari terbit atau sesaat sebelum matahari terbenam.

Berat pasar untuk ikan kerapu adalah sekitar 500 gram yang cukup berbeda menurut spesies (ikan kerapu lumpur mempunyai ukuran konsumsi antara 400 - 1200 g, sementara kerapu bebek antara 500 - 2000 g). Laju pertumbuhan harian berbeda menurut spesies dan berat tubuh. Kerapu berbobot awal 50 - 100 g akan bertumbuh 2 - 3 % per hari sedangkan berat 200 - 300 g tumbuh 0,7 - 1,5 % per hari. Dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 5 bulan untuk mencapai berat komersial 500 g (dari bobot awal 100 g). Ikan kerapu lumpur diberi pakan ikan rucah mempunyai nilai koversi pakan 5 - 8, sedangkan kerapu sunuk 8 - 12.

Pemeliharaan kerapu bisa dilakukan di tambak maupun jala terapung. Pemeliharaan menggunakan jala apung lebih mudah sewaktu memanen hasil, dengan hanya mengangkat jala. Karamba jaring apung dipasang pada rakit, 4 karamba berukuran 3 x 3 x 3 m diikatkan dalam 1 rakit. Karamba menggunakan jaring polietilen (no 380 D/9 dan 380 D/13, ukuran mata jaring 1 atau 2 ". Beberapa rakit bisa digabungkan menjadi satu dilengkapi dengan rumah jaga dan lantai kerja. 
 
Summary :
Grouper as warm water  fish lately has been having good price about Rp 70,000 (US$ 70.00 per kg) especially for big restaurant in and outside the country. The grouper used to exported in live to several countries such as Singapore, Japan, Hongkong, Taiwan, Malaysia, and United States. High price and compatability of the environment for grouper cultivation, as Local Government invited Universities and Enterpreneur as partner to explore those challenge of investment.

Feasibility studies conducted in Pangkalan Susu (Langkat, North Sumatera) and Pacitan (East Java) to ensure the possibility for investment on grouper cultivation using pond raising system or even floating karamba system (karamba = local term for basket of dragnet put in a stream / lake for raising fish). The studies as cooperation between Local Gov't Pacitan Regency and researcher of Indonesian University succeeded on maping 4 hectares potential area in southern coast of Java. The closed distance to main consumer in Singapore and large domestic market in Batam is another advantage for developing the grouper rearing in Langkat, North Sumatera.

As not all coastal area suitable for rearing grouper, should the location be considered for several main factors as followed :
1. Protected from big wave and typhoon as used to stress fish and decreasing their
    appetite.
2. Protected from predator threat which is marine carnivore and sea bird
3. Protected from industrial cesspool pollution, as well as compost heap and
    household wastage
4. Protected from up and down of big ship traffic as they created wavelength and
    ship disposal (diesel fuel)

Determining feasibility of location for cultivation grouper with floating net karamba system basically using cradit value based on several key parameter. The location will be categorized as good as in range of 80 - 100; feasible as in range 70 - 79; quite feasible as long as under qualified parameter could be improved by technological approach; and unfeasible criteria whereas the value below 60.

Species. Grouper has 46 species spread in several habitat,  grouped within 7 genus and 3 genus has been commercially reared so far which is Chromileptes, Plectropomus, and Epinephelus. The commercial species Chromileptes altivelis known as polka dot grouper or hump backed rocked or in local term as kerapu bebek. The species has grey body color with black spot. Their habitat cover such areas from Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung and ridge of rock waters territorial. Another species known as Kerapu Sunuk (coral trout) used to find live in coral waters. Also known as kerapu merah due to their red or brownish body color and change their color while in stress condition; and having blue spots. Habitat areas from Kepulauan Karimunjawa, Kepulauan Seribu, south
ern Lampung, Kepulauan Riau, southern Bangka, and coral waters. Kerapu Lumpur is local term for estuary grouper (Epinephlus spp) has black body color, and some time called as black grouper. This species being a most reared considering their fast growing. Habitat areas most ly in Banten Gulf, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung and estuary areas.

Rearing. Research Station so far faced a lot of obstacle in producing grouper fry from artificial rearing. Farmers much depend on catch from nature for their fry requirement using several devices such as fishhook, lift up net tied between 2 rafts (or boats), 'sero' such kind of bamboo trap used in rise and fall tides of waters, 'bubu' such kind of basket of bamboo / wire plaited placed at the bottom of waters, dragnet pouch, and pushing dragnet. Fry transported from the collection point to the
rearing area are put in 20 liter plastic bag, filled with 3 liter sea water to hold 20 fry 25 gram body weight on average. Inside temperature maintained at 17 - 20 Celcius degree for 1 - 2 days transportation.

Grouper in grower phase used to feed with under quality catch fish, cut into pieces to suit the small opening mouth of the fish. Feeding 2 - 3 times a day. Entering the next phase (finisher), feeding rejected fish given at 15 % of total biomass of the 20 - 50 g size of grouper. Feed amount then decreased to remain 10 % of total biomass 100 gram size grouper. The best time for feeding is right after rising sun or right
before sun set.

Market weight fro grouper is about 500 gram which is different between species (400 - 1200 gram for estuary grouper; 500 - 2000 gram for hump backed rocked grouper). Daily growth rate also differ depend on species and body weight. Grouper with initial weight 50 - 100 gram will grow 2 - 3 % daily, meanwhile 200 - 300 gram grouper will have 0.7 - 1.5 %  daily growth rate. It takes 5 months of rearing to have 500 gram market weight from 100 gram initial weight. Estuary grouper fed with rejected fish will have 5 - 8 feed conversion ration, compared to 8 -12 of coral trout.
 
Reference :
1. Pramu Sunyoto. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. Penebar
    Swadaya. 2000.
2. Peluang Budidaya Kerapu di Pacitan. Bisnis Indonesia. aac.  9 May 2000.
3. BPS-KPKM Budidaya Kerapu. Bisnis Indonesia. esa. 3 April 2001






Selasa, 19 Oktober 2010

Sejarah PERSIB

Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan “ perang dingin “ dan menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ), dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah- pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R.Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.

Senin, 18 Oktober 2010

Kapan Terjadi Kiamat


Dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW ditanya kapan datangnya hari kiamat/kehancuran. Baginda Nabi bersabda: “Apabila sesuatu urusan dikerjakan oleh orang yang bukan pakar (ahli)-nya maka tunggulah kehancuran”.
Kiamat ini bisa diartikan kehancuran kecil (kiamat sughra) atau kehancuran yang sebenarnya yaitu kiamat kubra. Nampaknya kehancuran yang tengah terjadi sekarang sudah memenuhi syarat untuk didatangkan kiamat yang sebenarnya oleh Allah, karena hampir seluruh penduduk bumi ini sudah sepakat memperpendek ajal dunia. Ini terlihat pada posisi-posisi yang ditempatkan baik dalam urusan pemerintahan atau dalam tataran kepemimpinan sosial di masyarakat. Banyak posisi atau tempat yang ada dalam masyarakat kita sekarang diurus oleh orang yang bukan ahlinya sehingga jelas mereka tidak dapat melaksanakannya, karena latar belakang keilmuannya tidak sesuai dengan bidangnya.
Melihat fenomena yang terjadi di tanah air selama ini, dapat disimpulkan, bahwa kehancuran atau kiamat itu akan dan sedang terjadi secara menyeluruh yang dilakukan oleh anak bangsa ini. Lihat saja berita surat kabar setiap hari membeberkan bacaan yang menarik tentang korupsi, penyalahgunaan hak dan wewenang, gila kuasa, ingin kaya mendadak, intimidasi, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan sejenisnya. Ketidakadilan sudah membumi, korupsi dan penjenayah terjadi di mana-mana dan uang rakyat dan uang negara dicuri di setiap lembaga Negara dan masyarakat.
Ini terjadi di mana-mana dan yang paling banyak dilakukan oleh pejabat negara atau orang-orang terdidik yang mempunyai kapasitas pendidikan yang lumayan. Hampir setiap hari surat kabar melansir berita-berita miring terhadap pelaku korupsi dan penyalahgunaan hak dan wewenang yang semua itu dimonopoli oleh pejabat negara. Misalnya, mulai dari hakim, jaksa, KPK, Gubernur, Bupati, Walikota, kepala dinas, hingga ke kepala desa sekalipun. Bukankah mereka ini para pengundang kiamat yang sesungguhnya?
Merujuk kepada hadis Nabi di atas dapat dikatakan bahwa apabila umat ini memilih pemimpin yang tidak sesuai dengan profesionalitasnya maka kecenderungan untuk berbuat salah dan sewenang-wenang pasti akan terjadi karena orang-orang yang diberikan amanah itu bukan melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi kebanyakan mereka telah jauh memasuki wilayah-wilayah yang bukan haknya. Inilah masa-masa kehancuran yang sedang kita hadapi di negara tercinta ini. Orang-orang yang level kepemimpinannya atau keilmuannya untuk mengurus satu keluarga dipercayakan untuk mengurus negara dan bangsa sehingga mereka menjadi korban anak buah yang lebih berpengalaman dan cerdik untuk memperpendek masa kepemimpinannya. Inilah kenyataan yang sedang terjadi di negeri ini.
Semua kehancuran ini berpunca dari kehancuran akhlak dan kedhaifan iman yang mereka miliki. Kebanyakan manusia sudah menuhankan nafsu sebagai pengendali diri mereka. Akhlak Nabi SAW ditukar kepada akhlak Yahudi, sehingga semua perbuatan dianggap halal menurut versi mereka dan terjadilah kiamat di seluruh sendi kehidupan bangsa. Ini penyakit kronis yang layaknya harus diamputasi secepat mungkin agar tidak melebar ke bahagian tubuh yang lain. Sayangnya para koruptor besar selalu bebas murni dan terus menghirup udara segar di luar terali besi karena diback-up dengan uang dan bagi hasil uang haram itu dengan pihak-pihak yang berwenang.
Namun ketika yang melakukan kesalahan itu orang-orang kecil mereka wajib mendekam dalam hotel prodeo karena tidak sanggup membagi kue haram yang tersisa. Inilah dunia yang sedang menanti kiamat kubra. Demikian rapuhnya iman jika berhadapan dengan uang atau materi. Demikian lemahnya iman apabila berhadapan dengan wanita cantik dan jabatan basah. Iman diperjualbelikan dengan sejumlah rupiah dan dolar, agama digadaikan demi jabatan dan kemewahan dunia, marwah dipermainkan, harga diri luluh lantak dan berantakan sesuai dengan fee haram yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Banyak ahli ilmu teknik, ahli perang dan pertanian sekarang mengurus masalah agama, banyak ahli kesehatan mengurus masalah ekonomi, banyak ahli agama sekarang berkecimpung untuk mengurus negara dan politik, banyak ahli politik mengurus masalah pendidikan dan keuangan, banyak ahli ekonomi sekarang mengurus masalah kesehatan, dan banyak ahli pendidikan dan ahli tasawuf dipersilakan menangani masalah tender proyek atau pengadaan barang dan jasa. Demikianlah seterusnya yang berlaku sekarang ini yang semua itu melahirkan manusia-manusia unprofessional mengurus masalah-masalah yang tidak memiliki ilmu dengannya. Inilah yang menyebabkan kiamat atau kehancuran. Makanya tidak perlu bingung melihat orang-orang golongan bawah memiliki rumah mewah, mobil mewah, dan beberapa orang istri yang cantik, dan memiliki lahan-lahan yang luas dan berharga. Jangan heran pula orang yang bergaji rendah memiliki kekayaan melebihi menteri dan presiden.
Ahli parlemen lebih banyak berkecimpung dalam masalah proyek, kepala negara, kepada daerah, kepala desa sudah lebih jauh mencampuri yang bukan kaplingnya. Hutan sebagai pelindung kehidupan manusia sejagat ditebang seperti menebang pohon jati dalam kebunnya, taman-taman laut dirusak demi uang, isi laut dijarah dengan sebebas-bebasnya, gunung-gunung diratakan demi pembangunan tanpa menghiraukan akibatnya, pajak-pajak dikenakan di semua sektor tetapi kas negara tidak pernah bertambah, rumah-rumah pejabat bak istana Malacanang (di Filipina) dan istana-istana raja di Timur Tengah, mobil-mobil mewah dimiliki oleh pejabat, anak-anak mereka semua belajar di luar negeri sementara anak-anak bumiputra tersebar di sekolah-sekolah pemerintah yang mutu dan kualitasnya seperti sekolah zaman Socrates. Inilah nuansa kehidupan manusia yang beradab di tengah-tengah umat yang sedang hancur peradabannya.
Dalam Islam kita dianjurkan untuk salat berjama’ah karena dengan demikian pahala akan diperoleh berlipat ganda. Tetapi fenomena yang nampak sekarang ini, shalat berjam’ah ditinggalkan, tetapi sebaliknya yang terjadi korupsi secara berjama’ah supaya aman dan rahasia tidak terbongkar. Kejahatan dilakukan dengan berjama’ah, pembunuhan dilakukan secara massal (berjama’ah), hak anak yatim, fakir miskin, kaum dhua’fa, dana mesjid, meunasah, dan dana sosial dijarah secara berjama’ah pula. Semua ini merupakan langkah-langkah untuk mengundang kiamat.
Tetapi ingatlah tidak banyak orang atau sahabat yang akan mampu membezuk kita ketika berada dalam sel atau penjara. Banyak kawan ketika kita sedang berkuasa dan memiliki uang dan harta tetapi sedikit sekali kawan yang hadir ketika kita susah dan merana. Nuansa ini merupakan bahagian terkecil pemandangan akhirat. Negeri akhirat harus melalui pemeriksaan yang amat ketat dan tidak ada seorang pun kawan dan pengacara yang mampu membela kita kecuali amal ibadah di dunia. Keamanan dan keselesaan di akhirat sangat tergantung pada kehidupan duniawi yang sedang kita tuai, oleh karena itu apa yang sedang ditanam atau disemai sekarang ini maka itulah yang akan dipetik nanti.
Hasil pemilu 9 April 2009 telah melahirkan sejumlah wajah baru yang akan menduduki kursi parlemen baik peringkat lokal maupun peringkat nasional. Tetapi khusus untuk Aceh hampir enam puluh persen terdiri dari wajah-wajah baru. Persoalannya adalah, apakah mereka semua profesional, jujur, amanah, dan pantaskah untuk menduduki posisi baru karena mereka kebanyakannya adalah lulus paket C, atau dengan memiliki latar belakang pendidikan yang sangat minim? Atau mereka mencoba-coba sambil belajar selama lima tahun ke depan, mungkinkah semua ini bisa dicapai hasil yang maksimal? Bagaimana dengan hadis Nabi SAW di atas? Ke mana umat ini akan dibawa? Semua jawaban ini sudah ada pada lubuk hati konstituen yang telah memilih mereka baik sadar atau tidak sadar.
Jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan bangsa dan negara, bukankah ini akan mengundang proses terjadinya kiamat dalam tempo yang paling dekat? Camkanlah wahai ulul albab dan manusia-manusia yang memiliki hati nurani, sebab persoalan ini bukanlah hal biasa dan tidak dapat dilakukan secara sim salabim atau seperti membalik telapak tangan. Idrus Marham, doktor Ilmu Politik Fakultas Ilmu politik UGM mengatakan bahwa hanya 40 persen anggota DPR-RI yang berkualitas dan memenuhi syarat, sementara 60 persen lagi harus dipertanyakan kredibilitasnya (MI, 19/1). Dan masalah yang sama sekarang juga terjadi di Aceh, maka apa sebenarnya yang akan terjadi terhadap bangsa dan umat kita ini? Model kiamat yang bagaimana akan terjadi? Jawablah sendiri wahai bangsa yang beradab!
Kita masih ingat pepatah orang Aceh tempo dulu selama masa penjajahan yang mengecam dan memaki mereka karena ketidakadilan dan kebiadabannya. Misalnya, teuka ampon syik cok blasteng si tali, watee troh ampon Ali blasteng si rupia. (Artinya ketika orang lain berkuasa kita dikenakan pajak setali, tetapi ketika kita memerintah malah kita kenakan pajak satu rupiah). Apa beda antara yang dulu dan sekarang, jangan-jangan ketika kita berkuasa malah rakyat lebih meuteng paneng (lebih menderita) atau lebih sengsara. Pepatah ini bisa dijadikan acuan kepada siapa pun yang berkuasa atau yang mengendalikan negara. Jangan sampai kita secara tidak sadar hati nurani kita akan berkata bahwa penjajah lebih baik daripada bangsa sendiri. Kepemimpinan mereka lebih disiplin daripada kita sendiri. Ini perlu dicamkan dan direnungkan secara mendalam agar tidak membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.
Perlu diingat bahwa amanah itu bertanggung jawab bukan hanya kepada manusia tetapi LPJ-nya harus dibentangkan di hadapan Allah kelak. Setiap orang yang telah diberi amanah sebagai pemimpin bangsa/umat maka tanggung jawabnya maha berat oleh karena itu sebelum menghadapi pemeriksaan Yang Maha Dahsyat di hadapan mahkamah-Nya, maka muhasabahlah selama masih hidup di dunia ini. Bapak Gubernur, Bapak Bupati, Bapak Walikota dan Bapak-bapak yang DPR/DPRA/DPRK hati-hatilah dalam menjalankan tugas umat agar tidak terperosok kaki masuk ke dalam penjara Allah di hari kiamat nanti.
Bukti dan realitas telah wujud hampir seluruh pejabat publik/negara di Indonesia dan khususnya Aceh ketika mengakhiri masa tugasnya bukan pulang ke rumah untuk menikmati masa pensiun, tetapi kebanyakan mereka kembali ke dalam penjara untuk menebus dosa selama berkuasa. Kenyataan ini berbalik seratus persen, karena kebanyakan orang yang telah masuk penjara dan keluar menjadi pemimpin politik atau pemimpin bangsa seperti yang terjadi Aceh. Tetapi sekarang yang paling celaka setelah bersenang-senang dan menikmati hidup sebagai pemimpin bangsa akhirnya masuk penjara karena korupsi dan mencuri uang rakyat. Sungguh memalukan dan menjengkelkan memang. Oleh karena itu kemana pun kita pergi, di manapun kita bertugas, apapun pangkat dan jabatan kita maka iman itu perlu dibawa ke mana saja agar tidak menjadi budak nafsu yang hanya mengejar kemuliaan dan kesenangan semu yang tak berujung.n

Oleh Muhammad AR, Kepala Lembaga Kajian Anti Korupsi IAIN Ar-Raniry

Senin, 11 Oktober 2010

Prustasi

Ini adalah segerombolan orang narsis, yang sedang beraksi.
proses pembuatan vidio ini di dasari karna adanya sesuatu hal....
yaitu meleksanakan UAN......
Gmna menurut blogger sekalian narsis ga.../

Kamis, 07 Oktober 2010

KADUPANDAK


Kadupandak adalah desa di kecamatan Kadupandak, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Desa Kadupandak merupakan sentra dari kegiatan masyarakat se-kecamatan Kadupandak, di desa ini terdapat Toko-toko, Pasar, Sekolah, Puskesmas, Alun-alun, kantor Polisi, kantor KORAMIL, kantor Camat Kadupandak serta perhentian akhir dari bis umum jurusan Cianjur-Kadupandak.
Desa Kadupandak dapat dicapai dengan kendaraan umum bis ukuran sedang jurusan Cianjur-Kadupandak dari terminal terminal zebroad- kota Cianjur dengan interval keberangkatan setiap 1 jam, Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 3 jam menempuh jarak +/- 150 km ke arah selatan pegunungan Cianjur. Perjalanan itu sendiri dapat dibagi dalam 3 trip yaitu trp 1 : Cianjur-Sukanagara, kondisi jalan setelah keluar dari wilayah Cibeber berkelok-kelok tajam dan sebagian menanjak dengan pemandangan perkebunan dan kebun warga. untuk kondisi aspal jalan masih lumayan bagus hanya harus berhati-hati karena seringkali ada bagian jalan yang berlubang setelah kelokan.

Trip 2. Sukanagara-Kadupandak, Sukanagara merupakan kecamatan yang lebih berkembang dan merupakan pintu masuk menuju kedaerah-daerah pelosok selatan yang lain. di kota inilah barang dan komoditi mengalir menuju ke kecamatan lain dan sebaliknya. keadaan alam Cukup indah dengan pemandangan perkebunan teh dan suhu udara yang sejuk. Dari Sukanagara ke Kadupandak hanya ada satu akses jalan yang dahulunya dibuat oleh pihak perkebunan Belanda.kondisi jalan selebar +/- 5 meter berupa batu-batu koral beraspal dengan kiri kanan jalan hutan sedang dan perkebunan.

Selasa, 05 Oktober 2010

Hijaunya Cianjur Selatan

Cianjur selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di propinsi Jawa Barat, dimana cianjur ini banyak memiliki daerah2 perkebunan.........
Misalnya perkebunan teh,,,,,,.....
Perkebunan teh ini cukup sangat luas banget,
Untuk mengelola hasil dari perkebunan tersebut, pemerintah mendirikan atau membut sebuah pabrik pengelola teh tersebut...........